Maaf, ya!

Aprilia Kumala
2 min readApr 21, 2024

Penafian: Ditulis bagi pihak-pihak yang mungkin ingin membacanya.

Maaf, ya, aku tidak menciptakan kesan yang selalu baik.

Kadang-kadang, kita bertengkar atau saling diam seharian. Kita tidak juga selalu saling membalas pesan dengan emot bunga-bunga. Jika setiap manusia bisa saling memberi tanda bintang sebagai nilai — seperti pada aplikasi ojek daring — aku yakin bintangku naik dan turun tidak karuan, persis sebagaimana yang akan kamu lakukan padaku.

Maaf, ya, aku tidak turut mencintai hobimu sebesar yang kamu rasa.

Aku menganggapnya konyol dan tidak dewasa pada banyak waktu. Fokus yang kamu tumpahkan hanya membuatku penasaran: Kenapa seseorang tidak bisa menyusun prioritas? Pada akhirnya, aku berpikir ulang dan mungkin — pada beberapa poin — aku terlalu cepat menilai.

Maaf, ya, aku tidak membuka pintu komunikasi yang selalu baik.

Aku cepat menyerah saat kamu terlalu sering melarikan diri. Kamu tidak tertarik pada semua upaya yang kusiapkan. Aku membalasnya dengan memendam rasa kesal sampai menumpuk, menumpuk, lalu meledak dengan suara hancur lebur.

Maaf, ya, aku menuntut perhatian yang sama besarnya dengan apa yang kupikir kuberikan.

Mungkin, aku hanya terlalu membosankan sampai kamu memilih diam begitu lama. Mungkin, ulang tahunku tidak lebih perlu dirayakan ketimbang pesan-pesan pendek yang kamu kirim diam-diam untuk orang lain. Sejak awal, semestinya aku melakukannya dengan tegas: memberi garis pembatas ekspektasi.

Hidup selalu diisi ragam pilihan. Kamu mungkin merasa sedih setelah pengalaman yang biasa-biasa saja bagi orang lain; kamu mungkin begitu gembira setelah pengalaman yang membosankan bagi yang lainnya. Sikapmu adalah pilihanmu — begitu juga bagiku.

Luka-luka besar dan kecil, baik yang kenangannya begitu lekat maupun yang perlu kuingat-ingat, menjadi gundukan hitam di lahan memori. Tidak ada dendam dan doa buruk yang tertinggal lagi di sana untukmu karena sekarang aku tahu bahwa — harus diakui — kesalahan itu selalu muncul dari manusia, termasuk diriku sendiri.

Kisah-kisah pahit yang tadinya kubenci karena kamu, pada akhirnya, menjadi jembatan untuk sampai ke Pulau Penerimaan. Perjalanannya tidak terlalu damai dan aku mungkin belum benar-benar menetap di tujuan akhir. Namun, kurasa, upaya ini layak aku catat dan simpan.

Maaf, ya, kita berakhir dengan kebencian.

Aku tidak menyesali apa yang terjadi, termasuk pesan-pesan yang tidak terbalas dan suara marah yang meninggi. Perpisahan itu memang harus terjadi karena portal perjalanan kita sudah terbuka begitu lama, memastikan kita masuk ke dalamnya tanpa tertukar.

Aku akan mengenangnya dengan baik — mengenang bagaimana caranya pulih setelah berpisah, mulai dari melempar sumpah serapah hingga segalanya menjadi terasa lumrah.

Aku akan mengenangnya dengan baik — mengenang bagaimana kita adalah sepasang antagonis yang pernah saling mencintai.

Benar, bukuku (hampir) terbit!

Jangan lupa cek media sosial @bukumojok untuk informasi lebih lanjut, ya!

--

--

Aprilia Kumala

Editor paruh waktu, pencinta Harry Potter penuh waktu | Penulis dengan topik manasuka ✎